Media Online Milik Gereja Kemah Injil KINGMI Papua

Rabu, 01 Juni 2011

"KELUARGA KORBAN BERSAMA DAP GELAR SIARAN PERS MENYIKAPI TRAGEDI BERDARAH DI PASAR LAMA - KAMP KEI - JAYAPURA - PAPUA"

by Selpius Bobii on Wednesday, June 1, 2011 at 7:36pm

Pada hari ini Rabu, 1 Juni 2011), sdr. Selpius Bobii memfasilitasi Siaran Pers bersama “Keluarga Korban Tragdi Berdarah” dan “Dewan Adat Papua” didukung oleh SHDRP dan Front PEPERA PB menyikapi tragedy berdarah pada tanggal 28 Mei 2011 di Pasar Lama Kamp Kei – Abepura – Jayapura - Papua.

Dalam siaran pers ini, Keluarga Korban yang diwakili oleh Jefta menyatakan bahwa pihak keluarga mengutuk keras para pelaku, karena keluarga kami, empat mahasiswa Papua mengalami luka sobekan yang sangat kritis oleh warga migrant tertentu yang ada di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei. Keluarga korban juga tidak menerima pihak kepolisian yang memback up masyarakat migrant tertentu di Pasar Lama untuk mengepung para mahasiswa Papua yang dengan tangan kosong datang menanyakan kasus ini dan sekaligus menyakan pelaku untuk diserahkan ke pihak kepolisian untuk memproses hukum. Ia pun menyatakan: “pihak kepolisian harus bertanggung jawab atas insiden ini karena dua korban (Yulius dan Elisa) dicincang di depan pihak kepolisian, bahkan pihak kepolisian memback up masyarakat migrant di saat kepungan pada malam itu”, tegasnya.

Untuk menyikapi kasus ini, Jefta mengatakan dalam waktu dekat akan mengadakan demonstrasi damai ke DPRP untuk meminta kasus ini diusut tuntas dan DPRP memfasilitasi sebuah pertemuan antara tokoh masyarakat migrant dan tokoh masyarakat orang Papua agar mengantisipasi hal-hal serupa dan ambil sikap bersama untuk jangan terulang lagi.

Terkait dengan adanya isu bahwa akan ada penyerangan balik, Jefta mengatakan: “kami keluarga korban tidak pernah 100 % memikirkan akan adanya penyerangan balasan; dari awal kami menghendaki dan memutuskan bahwa masalah ini diserahkan kepada pihak kepolisian untuk diselesaikan secara hukum; dan tentu jalur demonstrasi damai akan kami tempuh juga agar DPRP fasilitasi kami bicara bersama, baik keterwakilan tokoh Amber dan Papua”.

Komentar Jefta ditegaskan kembali oleh salah seorang keluarga korban (Holland Binen). Ia menegaskan bahwa pihak kepolisian itu harus independen. Kasus kemarin di Pasar Lama jelas-jelas pihak kepolisian memback up masyarakat migrant. Ia berharap ke depan pihak kepolisian harus netral, jangan memihak kepada salah satu pihak. Polisi harus professional menangani kasus-kasus, bukan untuk menciptakan konflik baru dan atau memihak kepada salah satu pihak lalu menyerang pihak lain. Ia menegaskan Negara ini Negara hukum, maka hukum itu harus ditegakkan, bukan main pilih kasih. Tak lupa disampaikan bahwa jika dalam peristiwa itu ada masyarakat mengalami keresahan, maka disampaikan minta maaf.

Mewakili korban juga, Elias Tamaka menegaskan bahwa pihak kepolisian jangan memprofokasi masyarakat. Ia menjelaskan bahwa selama ini pihak kepolisian justru menciptakan ketegangan, menciptakan keresahan. Contohnya beberapa hari mulai kasus di Kamp Kei terjadi, pihak kepolisian melakukan intimidasi, terror, dan keresahan dengan melakukan sweeping yang berlebihan; pada hal keluarga korban tidak ada rencana melakukan penyererangan balik ke masyarakat migrant. “Isu penyerangan itu dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab yang menghendaki Papua tetap ada konflik” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, aktifis HAM Independen (Usman Yogobi) menyatakan bahwa dari pengalaman insiden serupa yang ditanganinya, ia menyimpulkan bahwa insiden-insiden itu, para aktornya adalah BIN, BAIS, BAKIN dan TNI serta POLRI. Menurutnya para aktor inilah yang menciptakan adu domba antara masyarakat, baik sesama Papua maupun Papua dan masyarakat pendatang (amber). “Saya sudah bosan melihat permainan dari para aktor ini” kata Usman. Menurutnya, kasus Kamp Kei sebenarnya ditangani oleh polisi dengan baik karena sesaat tabaraan terjadi, polisi sudah ada ditempat, sebenarnya dua orang korban susulan ini tidak harus terjadi, karena itu terjadi di depan polisi. “Kami menilai ini ada permainan dari polisi untuk ciptakan konflik yang panjang” tegas Yogobi. Ia juga berharap jangan ada kasus baru lagi antara masyarakat orang asli Papua dan pendatang (migrant), dan juga jangan ada kasus baru sesama Papua.

Kasus ini pun menjadi perhatian Dewan Adat Papua. Ketua Umum Dewan Adat Papua melalui wakil sekretaris DAP (Willem Rumasep) mengatakan bahwa Dewan Adat Papua mempertanyakan insiden ini; “ada apa dibalik ini; karena peristiwa tabrakan selalu terjadi hampir setiap hari” tegasnya. “Jarang terjadi adanya penyerangan membabi buta dari warga mengkroyok orang atas insiden lalu lintas. Kasus di Kamp Kei ini sesungguhnya tidak terjadi, jikalau pihak kepolisian yang ada di situ mengamankannya dengan baik, namun justru pihak kepolisian mengeluarkan tembakan bertubi-tubi ke arah mahasiswa Papua yang datang pertanyakan kasus itu” imbuhnya. DAP berharap situasi ketegangan yang terjadi beberapa hari ini harus kita pulihkan kembali. “Jangan ada pihak yang bermain untuk menciptakan konflik di Tanah Papua lagi” harapnya.

Dalam jumpa per itu, ada juga wartawan yang mengatakan bahwa menurut Kapolresta, para pelaku itu ada di luar Papua dan akan di datangkan. Ia menambahkan bahwa yang menjadi kendala menurut Kapolresta adalah masalah ongkos transportasi untuk mendatangkan pelaku. Menyikapi komentar wartawan ini, Sekretaris Dewan Adat Papua mengatakan bahwa tak ada alasan bagi pihak kepolisian untuk menunda-nunda datangkan para pelaku dengan alasan masalah uang transportasi; ini tugas pihak kepolisian untuk mendatangkan para pelaku. Salah satu staf DAP juga menegaskan bahwa pihak polisi harus segera mendatangkan para pelaku untuk diproses hukum, jangan menunda-nunda lagi; apa pun caranya para pelaku itu di datangkan dan diproses hukum; polisi harus bertugas secara professional.

Dalam kesempatan itu, salah seorang wartawan mempertanyakan sikap mahasiswa Papua pada hari Minggu yang rame-rame datang ke Polsekta Abepura, katanya pada waktu itu ada masyarakat panik dengan kejadian itu. Jefta mengatakan: “jika kami telah menyerahkan masalah kepada pihak tertentu, maka kami pulang dengan yel-yel; itu tradisi kami, jadi kalau kami yel-yel, bukan berarti hendak melakukan penyerangan”. Ia menambahkan bahwa pada hari Minggu sore itu, para mahasiswa Papua hanya datang kepada Polsekta Abepura meminta untuk segera menangkap para pelaku, bukan untuk melakukan penyerangan balik.

Siaran pers yang digelar di kantor DAP di Expo – Waena itu ditutup dengan penegasan oleh pemfasilitasi (Selpius Bobii). “Konflik di Tanah Papua terjadi hanya demi dua kepentingan, yakni kepentingan ekonomi dan politik. Untuk mencapai dua kepentingan ini Negara Indonesia mengkondisikan Papua dengan menggunakan taktik “Devide Et Impera” – Pecah Belah dan Jajalah. Taktik pecah belah dan jajalah ini dulu dipake oleh Belanda untuk menjajah Indonesia; kini Negara Indonesia menggunakan metode yang sama untuk menjajah bangsa Papua,” ungkap Bobii. Lanjutnya: “Melalui kaki tangan Indonesia (BIN, BAIS, BAKIN, TNI dan POLRI) memainkan scenario tingkat tinggi untuk mengadu domba, baik sesama orang Papua, maupun orang Papua dan amber. Ini lagu lama yang terus dinyanyikan oleh Negara Indonesia melalui kaki tangannya” kata Pemfasilitasi. “Jika hendak menciptakan Papua Tanah Damai, mari kita menghargai sesama manusia, mari kita menciptakan keadilan, mari kita menegakan hukum, jangan memanfaatkan isu tertentu untuk menciptakan konflik baru lagi” Bobii menambahkan.

Pemfasilitasi Siaran Pers (Selpius) berharap bahwa apa yang tegaskan oleh keluarga korban dan Dewan Adat serta Aktifis Indenpen (Usman Yogobi) dapat diperhatikan dan ditindak lanjuti oleh semua pihak demi memulihkan situasi dan kondisi yang mengalami ketegangan di Jayapura selama beberapa hari pasca insiden berdarah di Kamp Kei. “Semoga proses hukum dapat berjalan dengan baik bagi para pelaku agar ada keadilan bagi pihak korban” harapanya.

Demikian kami laporkan jalannya Siaran Pers yang kami fasilitasi di Kantor DAP Expo – Waena yang diliput oleh berbagai media cetak dan electron, antara jam 15.00 s/d 16.00 WPB. Materi siaran persnya kami lampirkan di bawah ini, silahkan diteruskan ke jaringan Anda demi memulihkan keadaan di Jayapura dan memonitoring kasus ini demi keadilan bagi para korban dan demi penegakan hukum dan HAM di Tanah Papua khusnya dan Indonesia pada umumnya.



PERNYATAAN SIKAP BERSAMA KELUARGA KORBAN TRAGEDI BERDARAH DI PASAR LAMA

KAMP KEI- ABEPURA – JAYAPURA – PAPUA

===================================================================================



PRESS RELEASE


SEGERA BERHENTI KEKERASAN FISIK DAN KETIDAK-ADILAN SERTA PELECEHAN OLEH MASYARAKAT MIGRANT (PENDATANG) TERHADAP ORANG PAPUA; JIKA HENDAK HIDUP DI TANAH PAPUA HARGAILAH MASYARAKAT ADAT PAPUA PEMILIK TANAH PAPUA”

“Rentetan insiden berdarah di Tanah Papua telah dilakukan oleh TNI/POLRI. Tragedi berdarah kembali terjadi lagi, namun kali ini aktornya adalah warga sipil Madura-Makasar (pendatang) yang diback up polisi untuk membasmi orang asli Papua. Tragedi berdarah antara masyarakat pendatang (amber) dan para Mahasiswa Papua asal Pegunungan Bintang ini terjadi pada tanggal 28 Mei 201 berawal dari kecelakaan lalu lintas.” Berikut ini nama-nama korbannya, antara lain:

1. Nama : Alpen Amirka

Umu : 23 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa UNCEN semester 4.

Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang.

Akibat insiden : luka sobekan akibat dicincang dengan sabit oleh seorang warga migrant di Pasar Lama Kam Kei. Luka sobekan dibagian kanan tulang belikat; luka sobekan 60 jahitan.



2. Nama : Yesman Deall

Umur : 22 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa, kuliah di Jogyakarta, semester 4 (sedang cuti)

Agama : Kristen Protestan

Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang

Akibat Insiden : Luka sobekan dipukul batu kali oleh seorang Makasar, dan luk sobekan di kepala dibagian kiri di dekat otak kecil. Luka sobekan 7 jahitan, kedalaman luka 5,6 cm.



3. Nama : Yulianus Uropdana, SH

Umur : 28 Tahun

Pekerjaan : Baru selesai SI di UNIAP Jayapura; dan rencana ambil S2 di Yogyakarta

Agama : Katolik

Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang

Akibat Insiden : Luka sobekan dicincang parang di pergelangan tangan kiri, tulang topi ke luar, dan urat-urat terputus. Luka sobekannya 50 jahitan.

4. Nama : Elisa Mimin

Umur : 21 Tahun

Pekerjaan : Mahasiwa STIKOM, semester dua.

Agama : Kristen Protestan

Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang

Akibat Insiden : luka sobek dicincang parang di pergelangan tangan kiri; dan luka sobek dicincang parang di bagian kanan kepala di dekat otak kecil.

Menurut Alpen (Korban) dan Yesman Deall (Korban), serta temannya mengatakan bahwa sesungguhnya yang bersalah itu abang ojek yang memotog jalan dari arah kanan (jalan masuk dipinggiran kali Acai) yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas, namun beberapa abang ojek dan hampir semua masyarakat migrant (pendatang) yang berdomisili di Kompleks Pasar Lama, lebih khusus laki—laki terlibat dalam pengepungan terhadap para mahasiswa Papua untuk membela masyarakatnya yang bersalah yang telah melarikan diri meninggalkan sepeda motornya pasca kecelakaan lalulintas terjadi.

Menurut ketarangan Yulianus ((korban) bahwa mendengar rentetan tembakan, sdr Yulianus (korban susulan) menghindar dan berdiri dipertigaan Pasar Lama, tiba-tiba masyarakat Migrant mengepung, sementara itu polisi menembak sambil maju ke arah mahasiswa. Yulianus pun heran bahwa masyarakat pendatang (amber) ada kerja sama dengan polisi. Ia pun menanyakan kenapa pada saat itu polisi ada ditempat, namun tidak mengajak para mahasiswa untuk berbicara, malah justru polisi menembak maju bersama dengan masyarakat pendatang mengepung para mahasiswa yang tidak membawa alat tajam, bahkan tidak memegang barang tumpul lainnya – alias tangan kosong. Yulianus menuturkan bahwa ia pun hampir ditembak mati oleh polisi, namun ada seorang anggota polisi yang mengenalnya, datang merangkulnya, maka anggota polisi yang siap menembak itu, tidak menembaknya.

Dipihak masyarakat migrant (pendatang) tidak ada yang korban (munggkin ada, tetapi itu hanya sebatas luka memar), sementara empat mahasiswa asal Pegunungan Bintang berada dalam kondisi kritis akibat serangan membabi buta dari masyarakat pendatang (amber) yang ada di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei.

Mengingat banyak intel yang menyamar menjadi wartawan dan juga banyak intel, serta polisi datang bertanya-tanya sambil memantau ke empat korban tragedi berdarah ini, maka para korban meminta pihak RSUD Abepura untuk rawat jalan saja setelah menjalani perawatan selama dua hari di UGD RSUD Abepura – Jayapura – Papua.

Aparat kepolisian hingga saat ini bersiaga satu dengan senjata lengkap di dua arah jalan, yakni jalan Garuda (jalan masuk Pasar Lama) dan juga siaga satu di Kali Acai, dan juga disiagakan di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei.

Insiden berdarah ini terjadi pembiaran oleh aparat kepolisian untuk mengepung mahasiswa oleh masyarakat pendatang (amber) yang ada di Kompleks Pasar Lama. Justru polisi memback up masyarakat pendatang untuk mengepung para mahasiswa Papua asal Pegunungan Bintang. Berikut ini ada beberapa pertanyaan analisa atas insiden berdarah ini:

1). Mengapa polisi bersembunyi di rumah-rumah warga masyarakat pendatang (migrant) dan bergegas menembakan rentetan peluru setelah masyarakat pendatang membunyikan tiang-tiang listrik sebagai tanda penyerangan kepada para mahasiswa Papua?

2) Mengapa pihak kepolisian bergegas maju bersama masyarakat pendatang (amber) sambil menembak ke arah para Mahasiswa Papua yang (dengan tangan kosong) datang mempertanyakan tragedi berdarah ini dan menanyakan para pelaku?

3) Mengapa polisi tidak mendekati dan diajak bicara dengan para mahasiswa Papua ketika mendatangi ke tempat kejadian, malah sebaliknya para mahasiswa yang tangan kosong dikepung masyarakat migrant (pendatang) diback up polisi dengan menembakkan peluru bertubi-tubi, yang akibatnya dua mahasiswa Papua (Yulianus dan Elisa) menjadi korban susulan pada malam itu?

4) Ada apa dibalik insiden berdarah ini?

Menyikapi tragedi berdarah ini, kami menyatakan dengan tegas bahwa:

1. Kami mengutuk dengan tegas insiden berdarah antara warga migrant di Pasar Lama dan Mahasiswa Papua yang telah mengorbankan empat mahasiswa Papua mengalami luka kritis.

2. Mendesak KAPOLDA Papua segera mengusut tuntas para pelaku penikaman ini.

3. Aparat Kepolisian yang memback up masyarakat migrant (pendatang) Kapolda segera mengusut tuntas dan meminta KAPOLDA memecat mereka karena mereka tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, bahkan di depan mata mereka dua mahasiswa Papua mengalami luka berat akibat dicincang (dipotong) dengan parang.

4. Tokoh Masyarakat Papua dan Tokoh Masyarakat Mingrat (pendatang) segera duduk bersama untuk membicarakan kantibmas di Tanah Papua agar ke depan tidak terjadi hal-hal yang tidak ingin bersama.

5. KOMNAS HAM Papua harus menyeriusi masalah ini, karena ini bukan kriminal murni, tetapi pelanggaran HAM.

6. DPRP segera memainkan perannya untuk menghadirkan para Tokoh Masyarakat Papua dan Tokoh Masyarakat Migrant (pendatang) untuk membicarakan kantibmas di Tanah Papua.

7. Informasi yang dihembuskan beberapa hari pasca kejadian bahwa akan ada penyerangan, berita ini dihembuskan oleh orang-orang yang hanya hendak menciptakan konflik di Tanah Papua; kami telah memutuskan di Honai Adat kami pada tanggal 30 Mei 2011 bahwa kami hanya akan mengadakan aksi damai ke DPRP untuk meminta mengusut tuntas kasus ini, karena kasus ini bukan kasus kriminal murni, tetapi kasus ini pelanggaran HAM karena kasus ini diback up pihak kepolisian mengepung para mahasiswa Papua akhirnya dua orang lagi korban susulan (Yulius dan Elisa).

8. Dihimbau kepada masyarakat migrant dan Papua jangan terprovokasi dan menjaga kedamaian di Tanah Papua.

Demikian siaran pers ini dibuat dengan sesungguhnya, harapan kami dapat ditindak-lanjuti oleh semua pihak demi menjaga ketertiban dan keamanan di Tanah Papua.

Jayapura, Rabu, 1 Juni 2011

Keluarga Korban Tragedi Berdarah

Dorkas Dwaramuri Jadi Ketua MRP

Selasa, 31 Mei 2011 | 10:10

[JAYAPURA] Dorkas Dwaramuri, akhirnya terpilih sebagai Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) periode 2011-2016. Dorkas yang mewakili unsur perempuan dari Papua Barat, berhasil mengantongi 48 suara, mengalahkan Pdt Herman Saud yang memperoleh 29 suara serta Timotius Murib meraih 28 suara, keduanya dari Papua. Selanjutnya Herman Saud dan Timotius Murib ditetapkan sebagai Wakil Ketua I dan Wakil Ketua II MRP.

Rapat pleno yang diikuti 73 anggota MRP tersebut, berlangsung cukup alot, dilaksanakan sejak Kamis (23/5), dan baru berhasil memilih Ketua MRP pada Senin petang. Rapat sempat diskorsing sehari (Kamis 23/5) karena tarik menarik soal kandidat calon, namun akhirnya bisa berjalan lancar, dengan dipimpin pimpinan sementara MRP, Joram Wambrauw, Annike Th Sabami dan dan Pdt Hofni Simbiak.

“Dengan pemilihan tersebut, maka Dorkas resmi terpilih sebagai Ketua MRP,” ujar Hofni kepada wartawan usai pemilihan tersebut.

Sementara itu, Anggota MRP Tontji Wolas Krenak mengatakan, pemilihan tersebut berjalan sangat demokratis, tanpa tekanan. Begitu pula terpilihnya Dorkas dari unsur perempuan, sebagai langkah baru bagi MRP untuk mengawal usaha memajukan daerah itu ke depan.

“Sudah saatnya MRP dipimpin perempuan. Kalau Indonesia, pernah punya presiden seorang perempuan Ibu Megawati, kenapa di MRP tidak bisa, nah Ibu Dorkas layak mendapatkan tempat memimpin MRP," kata mantan wartawan Suara Pembaruan ini.

Menurutnya, kepemimpinan perempuan juga akan membawa banyak kesejukan di Tanah Papua, "Kita ingin ada kesejukan di Tanah Papua,"ujarnya.

Sementara itu, Ketua MRP terpilih Dorkas Dwaramuri saat dihubungi SP, Selasa (31/5) pagi, menyatakan senang dan bangga dapat dipilih rakyat untuk memimpin lembaga kultural ini.

"Saya tahu memimpin MRP sangat berat, tapi saya percaya, akan mendapat bantuan dari seluruh anggota MRP, untuk sama-sama memperjuangkan hak-hak rakyat Papua, " ujar perempuan berusia 51 tahun ini.

Ia juga percaya bahwa jalan Tuhan hingga ia terpilih. "Dan Tuhan akan mengirimkan orang lain untuk nembantu saya," katanya.

Ia menilai UU Otonomi Khusus Papua, adalah salah satu kehormatan Bangsa Indonesia terhadap ras Melanesia. "Untuk itu kita yang hidup dengan penuh dengan Bhineka Tunggal Ika ini, harus saling menghormati, dan kami seluruh anggota MRP akan berusaha memperjuangkan hak-hak rakyat Papua yang masih butuh perhatian," ujarnya.

KRONOLOGIS TRAGEDI BERDARAH DI PASAR LAMA KAMKEI - ABEPURA – JAYAPURA – PAPUA

(Di Laporkan Oleh: Selpius Bobii - Ketua Umum Front PEPERA PB)
=========================================

I. KASUS

“Rentetan insiden berdarah di Tanah Papua telah dilakukan oleh TNI/POLRI. Tragedi berdarah kembali terjadi lagi, namun kali ini aktornya adalah warga sipil Makasar-Madura yang diback up polisi untuk membasmi orang asli Papua. Tragedi berdarah antara masyarakat Madura-Makasar dan Mahasiswa Pegunungan Bintang ini terjadi pada tanggal 28 Mei 201 berawal dari kecelakaan lalu lintas.” Berikut ini kronologisnya.

II. NAMA-NAMA KORBAN, antara lain:

1. Nama : Alpen Amirka
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa UNCEN semester 4.
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang.
Akibat insiden : luka sobekan akibat dicincang dengan sabit oleh seorang warga Madura. Luka sobekan dibagian kanan tulang belikat; luka sobekan 60 jahitan.

2. Nama : Yesman Deall
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa, kuliah di Jogyakarta, semester 4 (sedang cuti)
Agama : Kristen Protestan
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : Luka sobekan dipukul batu kali oleh seorang Makasar, dan luka sobekan di kepala dibagian kiri di dekat otak kecil. Luka sobekan 7 jahitan, kedalaman luka 5,6 cm.

3. Nama : Yulianus Uropdana, SH
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Baru selesai SI di UNIAP Jayapura; dan rencana ambil S2 di Yogyakarta
Agama : Katolik
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : Luka sobekan dicincang parang di pergelangan tangan kiri, tulang topi
ke luar, dan urat-urat terputus.

4. Nama : Elisa Mimin
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiwa STIKOM, semester dua.
Agama : Kristen Protestan
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : luka sobek dicincang parang di pergelangan tangan kiri; dan luka sobek dicincang parang di bagian kanan kepala di dekat otak kecil.

Dikabarkan ada dua mahasiswa juga dibacok, yang satu asal Wamena Lembah dan yang satu lagi asal Sorong. Dikabarkan dirawat di RSUD Dok II, namun setelah kami cek di RSUD Dok II, ternyata keduanya tak ada di tempat. Diperidiksi bahwa kabar ini hanya sebatas isu, (kemungkinan tidak benar). Informasi lain, termasuk nama pelaku akan menyusul. (Foto-foto korban terlampir).

III. KRONOLOGIS INSIDEN BERDARAH

Karena terobsesi ingin menonton Liga Campion, sdr. Yulianus Uropdana (korban bacok) mengajak adik-adiknya berbelanja di Pasar Baru Youtefa pada jam 16.30 WPB. Sdr Yulianus (korban) mengajak tiga orang pergi belanja di Pasar Baru Youtefa menggunakan dua motor. Sdr Yulianus bersama seorang adiknya pulang mendahului ke dua adik yang lain. Yulianus bersama adiknya tiba di asrama Pegunungan Bintang di Kompleks Pasar Lama Kamkei pada jam 17.30 WPB.

Awal insiden terjadi ketika Alpen Amirka bersama temannya yang diboncengi melewati diantara dua mobil; satu mobil Avanza dari arah bawah (pasar baru) dan mobil Carry dari arah atas (pasar lama). Motor Alpen melewatinya di arah kiri jalan di antara kedua mobil, tiba-tiba ada motor dari arah atas (pasar lama) dengan berkecepatan tinggi. Melihat itu, sdr Alpen hendak menaikan gas untuk menghindar, ternyata kedua motor itu pun berbenturan. Alpen bersama teman dan motornya terjatuh, akibatnya Alpen dan temannya luka lecet di lutut dan pergelangan tangan kanan. Sementara abang Madura yang menabrak Alpen Cs tidak terjatuh, hanya motornya yang terjatuh. Insiden tabrakan ini terjadi pada jam 17.30 WPB.

Pada saat itu tiba-tiba datanglah seorang laki-laki (amber) dengan sikap geram (marah), Alpen mengira bahwa hendak memukulnya, maka Alpen bergegas berdiri dan menampar pipi kanan abang itu. Ternyata tujuan kedatangan abang itu hendak membantu Alpen Cs yang terjatuh. Alpen mengetahui kehendak kedatangan abang itu, maka pada saat itu juga meminta maaf kepada abang itu. Sementara itu, Abang ojek (penabrak) mengeluarkan pisau hendak menikam Alpen Cs. Seorang abang ojek lagi datang menendang sebanyak tiga kali. Disaat itu pula masyarakat yang ada di sekitar Pasar Lama, khususnya Pangkalan Ojek di dekat Kali Acai mengepung kedua saudara (mahasiswa) asal pegunungan bintang ini. Saat itu juga mereka dikepung dari segala arah oleh masyarakat Madura dan Makasar yang ada di sekitar Pangkalan Ojek di Pasar Lama dengan membawa parang, sabit, pisau, batu dan kayu.

Saat dikepung, Alpen menelpon saudara-saudaranya melaporkan insiden dimaksud. Pada saat tabrakan itu sdr. Jesman Deall (korban susulan ke dua) mengendarai motor bersama istrinya dari arah atas (Pasar Lama) hendak pergi ke Pasar Baru membeli ayam potong dan menyaksikan secara seksama kejadian itu.

Segala arah di kepung, maka Alpen melarikan diri bersembunyi di dalam toko pakaian di Pasar Lama. Salah seorang Madura/Makasar datang ditempat persembunyiannya dan menikamnya dari arah belakang. Akibatnya luka sobekan besar di punggung di dekat tulang belikat bagian kanan. Nyawanya terancam, maka disaat itu pula Alpen menyelamatkan diri dengan cara melarikan diri dicela-cela kepungan warga setempat dan tiba di Asrama Pegunungan Bintang pada jam 18.00 WPB.

Insiden berdarah yang bermula dari tabrakan motor dengan motor ini dilaporkan oleh Alpen kepada teman-temannya yang ada di halaman Asrama. Bersama dengan teman-temannya turun ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk menjelaskan kejadian dimaksud kepada rekan-rekan asramanya. Menurut Alpen dan Jesman Deall hampir semua masyarakat Madura Makasar yang ada di Kompleks Pasar Lama, lebih khusus laki—laki terlibat dalam pengepungan itu.

Melihan kejadian mengerikan yang menimpa Alpen, maka Jesman Deall mengejar pelaku penikaman (abang Madura). Jesman menggilnya di Mesjid belakang Pasar Lama dan dia (pelaku) pun datang. Menurut Jesman, ia mengejarnya bukan untuk memukul, akan tetapi berbicara baik dengan dia dan berdamai. Ironisnya Abang pelaku ini memanggil masyarakat Madura dan Makasar yang ada disekitar itu; dan mengepungnya dari segala arah. Jesman bersama istrinya yang sedang hamil tak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri. Jesman mengatakan kepada mereka: “bukan saya yang telah terjadi tabrakan, saya hanya bicara baik dengan pelaku dan berdamai saja”. Ungkapan Jesman tidak digubris oleh warga setempat yang mengepungnya. Para masyarakat itu tidak mendengar apa yang dikatakan Jesman dan mereka pun mengepungnya dengan memegang parang, sabit, pisau dan batu.

Salah seorang diantara masyarakat itu mendekati Jesman dan memukulnya dengan menggunakan batu kali di bagian kepala di dekat otak kecil. Jesman pun terjatuh dan pingsang pada jam 17.45 WPB. Disaat itu, istrinya hendak menolong membangunkannya, namun warga lain yang berkenderaan bermotor menabraknya, akhirnya istrinya pun terjatuh. Rombongan masyarakat Madura – Makasar menarik diri meninggalkan Jesman dan istrinya. Setelah sadarkan diri, Jesman terbangun lalu bersama istrinya pergi ke RSUD Abepura untuk mendapatkan perawatan. Luka sobekannya dijahit pada jam 19.25 WPB.

Sementara itu juga sdr. Yanuarius (korban susulan ketiga) menelpon sdr. Alpen karena di hand phonenya terdapat panggilan tiga kali tidak terjawab. Sdr Yanuarius menelpon kembali. Sdr Alpen memberitahu bahwa dirinya dapat dibacok (dicincang) dari seorang abang Madura/Makasar. Sdr Yanuarius pun bergegas menuju ke masyarakat Madura dan Makasar di Pasar Lama Kamp Kei hendak menanyakan kejadian itu. Ia bertanya kepada beberapa orang yang ada di situ, namun mereka tidak memberitahukan kejadian itu. Ada seorang mama memberitahu bahwa terjadi kecelakaan dan pemilik motornya telah kabur.

Disaat gobrol-gobrol dengan mama itu, tiba-tiba ada beberapa mahasiwa asal Pegunungan Bintang muncul setelah melihat dua temannya di RSUD Abepura yang dibacok dua abang asal Madura- Makasar. Mereka tidak menerima kejadian ini. Sekitar 10 orang mahasiswa turun ke Kompleks Pasar Lama hendak menanyakan pelaku. Mengingat situasi kurang kundusif, maka sdr Yanuarius berusaha menghalangi adik-adiknya dan mengajak mereka pulang ke Asrama, namun sebagian adik-adinya yang lain sudah masuk ke Tempat Kejadian. Tak lama kemudian masyarakat Madura –Makasar di Pasar Lama membunyikan tiang listrik sebagai tanda menyerang para mahasiswa itu. Tiba-tiba rentetan tembakan oleh para polisi yang bersembunyi di rumah-rumah warga Pasar Lama ke luar dari kiri dan kanan jalan raya. Bersamaan dengan rentetan penembakan itu, masyarakat Madura-Makasar pun bergerak maju dan ke luar dari lorong-lorong pertokoan diback up oleh polisi mengepung para mahasiswa.

Mendengar rentetan tembakan, sdr Yulianus (korban susulan) menghindar dan berdiri dipertigaan Pasar Lama, tiba-tiba masyarakat Madura-Makasar mengepung sambil polisi menembak maju ke arah mahasiswa. Yulianus pun heran bahwa masyarakat Madura-Makasar ada kerja sama dengan polisi. Ia pun menanyakan kenapa pada saat itu polisi ada ditempat, namun tidak mengajak para mahasiswa untuk berbicara, malah justru polisi menembak maju bersama dengan masyarakat Madura-Makasar. Yulianus menuturkan bahwa ia pun hampir ditembak mati oleh polisi, namun ada seorang anggota polisi yang mengenalnya, datang merangkulnya, maka anggota polisi yang siap menembak itu, tidak menembaknya. Ketika itu juga, sdr Yulianus melarikan diri, namun seorang masyarakat (amber) membacok (mencincang) pergelangan tangan kirinya dengan parang. Sdr Yulianus langsung ke RSUD Abepura untuk mendapat perawatan.

Pada waktu yang bersamaan pula, sdr Elisa Mimin yang tergabung dalam rombongan mahasiswa tadi mendapat kepungan dari segala arah. Ia melihat lima orang bergegas menuju kearah Elisa dan ia pun dibacok (dicincang) dari abang Makasar atau Madura. Ketika itu, ia bersama rekan-rekannya bergerak menuju ke tempat kejadian hendak menanyakan pelaku tanpa membawa alat tajam (tangan kosong). Para mahasiswa itu dikepung dari segala arah oleh masyarakat Kompoleks Pasar Lama dengan membawa parang, sabit, pisau dan batu yang diback up oleh polisi. Disaat seorang makasar/Madura mengayunkan parang di mukanya, Elisa menadanya dengan tangan kiri, akhirnya pergelangan tangan mengalami luka sobek besar. Seketika Elisa bergegas menyelematkan diri, ayunan parang dari seorang Makasar/Madura mengenai kepala bagian kanan di dekat otak kecil. Ia bergegas menghindar dari tempat itu sambil menahan daging kepala yang terkapar ke luar dan memberitahukan kepada polisi yang berada di situ untuk mengantarnya ke RSUD Abepura. Luka sobekan Elisa (korban susulan ke empat) dijahit pada jam 20.00 WPB. Sedangkan sdr. Yulianus (korban susulan ketiga) mendapat perawatan operasi pergelangan tangan kirinya pada hari Minggu tanggal 29 Mei 2011 jam 11.00 WPB.

Elisa menuturkan bahwa ada dua truck diparkirkan di jalan masuk Garuda dan di dekat kali Acai, namun polisinya tidak ada ditempat. Ternyata polisi bersembunyi di rumah-rumah warga Makasar-Madura disiagakan dan membiarkan masyarakat Madura-Makasar menyerangnya, bahkan polisi pun bergerak maju sambil menembak ke arah para mahasiswa bersama orang Madura-Makasar. Sedangkan sdr Yulianus mengatakan bahwa pihak kepolisian terlihat ada kerja sama dengan masyarakat Makasar-Madura karena ketika tiang listrik dibunyikan pada saat itu pula rentetan peluru dikeluarkan oleh polisi dari tempat persembunyian (rumah-rumah warga Makasar-Madura), bahkan polisi pun bergerak maju bersama warga setempat mengepung para mahasiswa. Ia pun menambahkan bahwa ini terjadi pembiaran oleh polisi dan bahkan terlihat ada kerja sama dengan masyarakat Madura-Makasar.

Dipihak masyarakat Madura – Makasar tidak ada yang korban, sementara empat mahasiswa asal Pegunungan Bintang berada dalam kondisi kritis akibat serangan membabi buta dari masyarakat Madura-Makasar yang ada di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei. Sementara ini keempat korban sedang dirawat di UGD RSUD Abepura – Jayapura – Papua.

Aparat kepolisian hingga saat ini bersiaga satu dengan senjata lengkap di dua arah jalan, yakni jalan Garuda (jalan masuk Pasar Lama) dan juga siaga satu di Kali Acai, dan juga disiagakan di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei.

IV. PERTANYAAN ANALISA

Insiden berdarah ini terjadi pembiaran oleh aparat kepolisian untuk mengepung mahasiswa oleh masyarakat Madura-Makasar yang ada di Kompleks Pasar Lama. Justru polisi memback up masyarakat Madura-Makasar untuk mengepung para mahasiswa asal Pegunungan Bintang.

1). Mengapa polisi bersembunyi di rumah-rumah warga Madura-Makasar dan bergegas menembakan rentetan peluru setelah masyarakat Madura-Makasar membunyikan tiang-tiang listrik sebagai tanda penyerangan kepada para mahasiswa?

2) Mengapa pihak kepolisian bergegas maju bersama masyarakat Madura-Makasar sambil menembak ke arah para Mahasiswa yang tidak membawa alat tajam?

3) Mengapa polisi tidak mendekati dan diajak bicara dengan para mahasiswa ketika mendatangi ke tempat kejadian, malah sebaliknya para mahasiswa yang tak punya alat tajam dikepung masyarakat Madura-Makasar diback up polisi dengan menembakkan peluru bertubi-tubi?

4) Ada apa dibalik insiden berdarah ini?

Demikian kronologis peristiwa berdarah yang menimpa empat mahasiswa Papua asal Pegunungan Bintang. Silahkan Anda mengirimkan kronologis ini ke jaringan yang Anda kenal. Sekian dan terima kasih.

“Port Numbay – Papua Permai, Minggu, 29 Mei 2011

“PERSATUAN TANPA BATAS, PERJUANGAN SAMPAI MENANG”

RIWAYAT HIDUP MARTHEN LUTHER

(Sebuah Ringkasan)

Marthen Luther adalah anak seorang petani. Ayahnya bernama Hans Luther dan ibunya Margaretha Lindemann. Marthen lahir pada 10 November 1483 menjelang tengah malam di Longestrasse tempat dimana mereka tinggal. Keesokan harinya, Ia dipabtis di gereja Petrus. Dalam usianya yang masih enam bulan orang tuanya membawa dia pindah ke Mansjeld.
Ketika ia berumur 7 tahun, ayahnya membawa dia ke sekolah. Ia tidak menikmati pendidikan dengan baik sebab guru-gurunya tidak mengajar dengan baik sementara itu hukuman yang mereka dapatkan sangat keras. Marthen yang kecil itu pernah dipukul gurunya 15 kali. Walaupun demikian pengalaman yang buruk itu diterimanya, karena baginya dibalik pengalaman itu ada hal indah yang disiapkan Tuhan bagi dia. Makanya ia pernah berkata bahwa “disamping tongkat pemukul ada terletak buah apel”. Kenangan terindah dimasa sekolahnya adalah ia sering digendong oleh salah seorang sahabatnya yang lebih tua ke sekolah karena jalanan penuh dengan lumpur. Ucapan terima kasih ia sampaikan saat ia berusia 50 tahun. Ia mengadiahkan sebuah Alkitab yang didalamnya tertulis “kepada Nikolas Vanler sahabat lama saya yang baik, yang telah sering mendukung saya pulang pergi sekolah”. Sahabatnya itu belakangan menjadi iparnya.
Marthen masuk kuliah pada tahun 1501 di sebuah universitas di kota Erfurt Jerman. Ia mengambil jurusan hukum. Universitas itu cukup maju pada samannya, sehingga setiap tahunnya sekitar 400 mahasiswa mendaftarkan diri.
Biara adalah tempat studi dia yang lainnya. Ia sangat senang mengikuti kuliah-kuliah disana. Suatau ketika ia mengambil cuti dan pulang ke orang tuanya selama sepuluh hari di Mansfeld. Sepulang dari orang tuanya, kepala biara menyuruhnya ke Roma untuk mengajar pada univeritas yang baru dibuka disana pada fakultas Artes. Setelah 5 bulan disana ia kembali lalu merencanakan masa depan hidupnya. Saat ia merencanakan masa depannya itulah, ia mengucapkan janji bahwa ia akan membela kebenaran Firman Allah melalui tulisan dan kata sepanjang hidupnya.
Suatu hari, Marthen memandang pekarangan di biara itu di mana di salah satu sudutnya berdiri pohon Peer. Tiba-tiba ia teringat kepada Staupitz bekas gurunya yang selalu menguatkan dan menghibur dirinya dengan kata-kata “nantikanlah Allah, Ia akan menolongmu”. Di bawah pohon itulah ia selalu mencurahkan isi hatinya kepada gurunya itu.
Pada tanggal 27 Juni 1519 perdebatan antara Luther dan Eck dimulai. Pada 14 Juli ia tampil menyatakan dalil-dalilnya. Seorang saksi mata mengatakan bahwa Eck lebih menyerupai seorang tukang daging sebaliknya Luther adalah seorang ahli teologia. Marthe seorang kurus karena berbagai kesukaran dan studinya. Perdebatan anatar keduanya berlangsung selama 10 hari. Pokok utama perdebatan mereka tentang “Primat Paus”, intinya tafsiran dari Matius 16:18. Menurut Eck yang dimaksud dengan “batu karang” dalam teks itu adalah Kristus sendiri, ia akan mendirikan jemaatnya yakni Petrus dan semua pengantinya. Sementara menurut Luther itu adalah pengakuan iman yang diucapkan Petrus atas dirinya sendiri.
Perdebatan-perdebatan selanjutnya menyangkut kekuasaan Paus dan keputusan-keputusan konsili. Luther tetap pada pendiriannya bahwa dalam urusan iman, kitab sucilah yang berkuasa. Baik Paus maupun konsili tidak bisa bertindak sebagai pemeberi keputusan terakhir, sebab setiap orang boleh naik banding kepada pernyataan Allah dalam Alkitab.

Tulisannya yang Penting

Pada tahun 1520 Luther menulis tiga hal yang penting dari seluruh karya hidupnya. Tulisan itu berjudul “Kepada kaum bangsawan Kristen bangsa Jerman, tentang perbaikan masyarakat Kristen”. Isinya ia berbicara tentang bahaya yang ditimbulkan dari kekuasaan tertinggi Paus dan tentang kesukaran-kesukaran rakyat Jerman, baik secara kemasyarakatan maupun secara kerohanian.
Tiga tembok telah didirikan oleh ahli-ahli politik gereja Roma, Yakni:
1. Pernyataan mereka bahwa kekuasaa gerejani adalah diatas kekuasaan duniawi, juga dalam soal-soal kemasyarakatan
2. Pendapat bahwa hanya Paus saja yang dapat menafirkan kitab suci
3. Anggapan bahwa hanya Paus saja yang mempuyai hak untuk memanggil berkumpul untuk satu konsili.
Tembok-tembok itu telah diruntuhkan oleh marthen Luther. Ia mengajak Kaisar dan raja-raja untuk berjuang, sebab mereka sebagai anggota-anggota gereja, berdasarkan imamat orang-orang percaya, berhak menangani hal pembaharuan gereja. Dia dengan jelas menunjukan dalam hal-hal mana perlu diadakan perubahan. Seruhannya, jika rakyat Kristen Jerman hendak menuju kepada suatu kehidupan yang bebas dan bahagia perhatikan bahwa hampir tidak masuk diakal, bagaimana seorang yang sebenarnya sedikit bergerak dalam kehidupan umum, sekonyong-konyong mempunyai pandangan yang begitu tajam dan hampir menyeluruh dengan persoalan-persoalan rakyat dalam terang injil. Tetapi di awal tulisannya yang kuat dan berkiblat politik ini ada azas teologi dan religious yang merupakan taruhan perjuangannya. Menurutnya, semua orang Kristen adalah sungguh-sungguh anggota dari kaum rohani awam. Tidak ada golongan tersendiri, tidak ada imam-imam yang mempunyai hak-hak istimewa yang tertentu dalam gereja dan masyarakat.
Seorang Paus dan Uskup tidak lebih kedudukannya dengan imam yang paling rendah dan ia tidak lebih kedudukannya dari seorang Kristen sederhana, sekalipun itu perempuan dan anak-anak. Sebab jabatana pemberitaan rahmat itu diserahkan kepada semua orang percaya. Seorang pemberita injil melakukan jabatan ini sebagai wakil; tetapi itu dilakukan berdasarkan imamat orang-orang percaya.
Luther juga memprotes anggapan-anggapan Roma mengenai sakramen-sakramen dan menunjukan bahwa tidak ada tujuh sakramen seperti yang diajarkan gereja Roma saat itu. ia berkata bahwa sakramen yang ada hanya sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus. Pengakuan dosa-dosa sebenarnya tidak dapat digolongkan ke dalam sakramen-sakramen karena padanya tidak ada tanda yang kelihatan yang diberikan Allah. Menurutnya, ketujuh sakramen dari gereja Roma itu adalah tujuh mata rantai dari suatu rantai yang dipakai Paus untuk menawan hidup orang-orang percaya dari lahir sampai ke liang kubur.
Pada tahun 1520 ia menulis sebuah buku yang termasyur berjudul “Kebebasan Seorang Kristen”. Tulisannya ini bertitik tolak dari I Korintus 9:19. Thema amanat yang disampaikanya kepada dunia beriktisar dalam dua perkataan: Iman dan Cinta Kasih.
Akhirnya, ada perkataan menarik yang pernah disampaikannya yakni “kalau saya marah, saya paling kuat. Darah saya menjadi segar dan paham saya dipertajam”.

by. Naftali Edoway

PIMPINAN GEREJA-GEREJA DI TANAH PAPUA PERNYATAAN PERS


Tetapi jawab Yesus” Pada petang hari karena langit merah kamu berkata: hari akan cerah, dan pada pagi hari karena langit merah kamu berkata: hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda jaman tidak…. (Matius 16:2-3)

Menjalani dan mengamati kekerasan, ketegangan dan trauma yang dialami umat beberapa bulan dan hari terakhir ini dalam suasana Paskah, kami menghimbau semua pihak agar, tetap menghormati dan memelihara kesepakatan awal untuk menjaga tanah Papua sebagai Papua Tanah Damai.
Kami melihat Lembaga keamanan Negara menunjukkan tanda-tanda dan perhatian untuk mengangkat tema “Papua Tanah Damai”, Damai itu indah, kasih itu indah” dll belakangan ini. Akan tetapi, amat disayangkan bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan lembaga tsb tersebut hanya berhenti di seputar wacana-wacana indah di spanduk-spanduk, di depan lembaga- lembaga keamanan atau di jalan masuk pusat pemukiman atau perkantoran. Dalam suasana Paskah ini kami mengajak umat untuk menyimak kekerasan-kekerasan berikut ini yang bertentangan dengan kata-kata indah tentang perdamaian di spanduk-spanduk tadi:

• 30 Mei-2 Juni 2010, Anggen Pugu/Tunaliwor Kiwo bersama Telengga Gire mengalami penyiksaan oleh Anggota TNI di Post Kwanggok Nalime Kampung Yogorini Distrik Tingginambut.

• Pada 15 September 2010 sekitar pukul 18.30 Waktu Papua Brimob dari Kompi C tanpa memberikan arahan dan peringatan melakukan penembakan terhadap dua orang korban warga sipil masing-masing Naftali Kwan berusia 50 tahun dan Sepinus Kwan berusia 40 tahunserta satu (1) orang perempuan Arfonika Kwan mengalami kecelakaan (patah kaki dan tulang pinggul) akibat terpelosok jatuh ke jurang saat berlari dikegelapan malam menghindari aparat.

• Pencoretan nama-nama anggota MRP terpilih: almarhum Agus Alua dan Ibu Hannah Hikoyabi, awal April 2011

• Penembakan terhadap 2 orang warga di Dogiyai dan penyisiran terhadap masyarakat di sekitarnya dalam rangka melindungi sang Bandar togel: Mardi Marpaung Kapolsek Dogiyai

• Isu TNI POLRI akan melakukan latihan Gabungan di Pegunungan Tengah

• Penganiyaan dan pembunuhan terhadap Derek Adii di Nabire pada tanggal 14 Mei
• Penikaman terhadap Gerald Pangkali di depan Korem oleh 2 orang anggota TNI Waena, 18 Mei

• Penanganan terhadap kekerasan di Abepura yang berpihak kepada pelaku kekerasan (pendatang) bukan kepada korban 29 Mei

Kekerasan demikian yang terus dilakukan sambil menyibukkan diri memasang spanduk tadi, pertama, kami lihat sebagai upaya-upaya lembaga Negara untuk memelihara budaya “Pembohongan Publik” yang sering dikemukakan oleh pimpinan lintas agama di Jawa. Budaya “bicara lain main lain” terus dipelihara. Dengan semangat kebangkitan Kristus, mari kita hentikan budaya “pembohongan public” tadi.
Kedua, kekerasan demikian yang terus dilakukan oleh lembaga Negara ini, kami lihat sebagai siasat untuk meradikalisasi (membuat orang Papua bertambah radikal) atau menyuburkan aspirasi Papua merdeka di kalangan masyarakat Papua, yang kemudian bisa mereka pakai sebagai alasan untuk menangkap dan membunuh orang Papua. Di sini, Lembaga keamanan negara berperan sebagai penabur benih “aspirasi Papua merdeka” dengan pendekatan kekerasan yang terus-menerus; dan kemudian mereka sendiri tampil sebagai “penikmat” apa yang telah mereka tabur. Mereka menuai benih-benih kebencian yang ditanam, karena ujung-ujungnya akan melahirkan separatism yang kemudian menjadi “surat ijin” untuk operasi keamanan” yang sekaligus menjadi sarana untuk mempercepat kenaikan pangkat.
Ketiga, kami melihat maraknya “spanduk kasih itu damai”, dll atau kegiatan ibadah seperti KKR atau penyelenggaraan Paskah Nasional dll yang mendatangkan pembicara dari pusat hanya sebagai upaya berbagai pihak untuk menyembunyikan wajah kekerasan negara yang telah ditunjukkan di atas.
Mari kita simak kata-kata seorang keluarga korban,
Di Indonesia, ada banyak hal yang bisa dirayakan sejak reformasi demokratis bulan Mei 1998. Kebanyakan orang Indonesia sekarang lebih bebas di bawah Presiden SBY dibandingkan dengan di bawah system demokrasi terpimpin dari Soekarno atau Orde baru dari Suharto. Tetapi banyak orang Papua seperti saya, resim pemerintahan lama masih hidup. Indonesia belum mewujudkan janji demokrasi dan hak-hak asasi manusia dari semua warga negaranya.

Kepada umat kami ingatkan bahwa kita masih dalam suasana paskah, karena itu kami mengajak umat untuk melihat catatan ini dan perkembangan di atas sebagai “tanda-tanda jaman”. Mari kita bangun. Tidak hanyut dalam permainan kekuatan-kekuatan desktruktif. Dengarlah Firman Tuhan, Janganlah kamu serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”. (Roma 12:2)

Kiranya Tuhan Gembala kita menyertai kita memberi kekuatan untuk kita bersama mencermati keadaan ini dan bangkit memperjuangkan Papua tanah yang damai, yang telah kita sepakati bersama.

Jayapura 1 Juni 2011


Ketua Sinode Gereja Kristen Injili di Tanah Papua



Pdt. Elly Doirebo STh.MM MM



Sinode Kingmi di Tanah Papua



Pdt. Benny Giay


Ketua Persekutuan GerejaGereja Baptis Papua



Pdt. Socratez Sofyan Yoman

Jumat, 20 Mei 2011

Menjadi Intelektual PApua Yang Merakyat

By: Naftali Edoway

Sejak tahun 2000 keatas terlihat banyak orang Papua mengenyam dan menamatkan pendidikan pada berbagai perguruan tinggi di Papua, luar Papua bahkan sampai ke luar negeri. Ada yang berpendidikan dengan biaya sendiri, orang tua dan keluarga tapi juga beasiswa dari lembaga pemerintah dan swasta. Harapan dari keluarga dan lembaga yang membiayai mereka adalah agar mereka menjadi intelektual yang produktif sehingga bisa membantu lembaga tapi juga meringankan beban orang tua.

Intelektual yang produktif adalah intelektual yang tidak cengeng, tidak selalu menunggu di ruang tunggu, tidak terus menunggu tes pegawai negeri tapi mereka yang mampu berkreativitas menciptakan sesuatu yang baru dan berguna bagi dirinya serta orang lain disekitarnya. Mengapa intelektual Papua harus produktif? Karena Papua menyimpan sejuta peluang. Orang Papua punya tanah sebagai modal utama tapi juga sesama orang papua lain yang bisa bekerja sama dan saling tolong menolong. Kebersamaan dalam mengolah modal tanah dan ilmu akan sangat bermanfaat bagi rakyat kecil yang selalu berusaha keluar dari kubangan penderitaan dan kemiskinan. Jika itu dilakukan kaum inteletual Papua tidak akan disebut lagi kaum “beban masyarakat”, justru kita akan disebut sebagai “penyelamat”.

Penyelamat yang dimaksudkan disini adalah mereka yang mampu memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan rakyat. Mereka yang bisa memberikan solusi atas masalah yang digumuli rakyat. Mereka yang mampu menemukan penawar/obat yang cocok bagi masyarakat yang sedang sakit. Mereka yang mampu menghibur masyarakat yang sedang berduka dan menderita, dll. Intinya, intelektual yang lahir dari rakyat harus benar-benar mengabdikan diri untuk rakyat.

Pengabdian diri kepada masyarakat dapat dilakukan dari tempat dimana kita berada saat ini. Para intelek yang bergabung dalam dunia pemerintahan, bisa mengabdi untuk rakyat dari sana, demikian pula bagi mereka yang memilih jalur swasta (Agama, LSM, dll). Fakta dilapangan dewasa ini menunjukan bahwa peran kaum intelektual di jalur swasta lebih banyak dan dominan dibandingkan intelektual yang bergerak dari dunia pemerintahan. Hal itu kemudian berpengaruh kepada tingkat kepercayaan rakyat. Hari ini intelektual Papua yang bergerak dalam bidang Agama, LSM, faksi-faksi sosial, dst sangat dipercaya rakyat Papua dari pada intelektual yang lainnya. Wajar saja penilaian rakyat itu, sebab para inteletual Papua yang berkarya di bidang pemerintahan tak mampu menyumbangkan sesuatu yang berarti bagi rakyat Papua, walaupun mereka menduduki jabatan-jabatan strategis disana. Mereka hanya bisa membuka mulut besar-besar melalui media-media namun tindakannya nol. Mereka hanya bisa bilang mulut kami ini SK, seperti yang pernah diungkapkan Gubernur Papua beberapa waktu lalu didepan mama Papua yang menuntut pasar khusus bagi mereka di jantung kota Jayapura. Alasan yang lazim diungkapkan kelompok ini untuk mengambil kepercayaan rakyat tapi juga untuk menghindar dari tanggungjawab adalah “kami ada dalam sisitem dan sistem itu yang atur kami, jadi kami susah untuk bergerak”.

Pada saat tertentu, kita bisa menerima dan memaklumi alasan mereka diatas, namun saat tertentu juga mereka harus tunjukan bahwa mereka benar-benar mau mengabdi untuk kepentingan rakyat. Untuk beberapa waktu terakhir ini saya salut dengan abang Ruben Magai, S.IP dan kawan-kawannya di DPRP yang benar-benar menunjukan identitas diri mereka sebagai wakil rakyat. Sejarah baru yang mereka ukir di NKRI adalah mereka bisa memimpin mahasiswa se-Jawa-Bali melakukan demonstrasi di depan kantor Mendagri di Jakarta. Mereka tidak hanya menjadi penyalur aspirasi rakyat tapi juga memprotes sistem tidak benar yang dilaksanakan di NKRI. Walaupun mungkin beberapa orang menilai mereka sebagai wakil rakyat yang gila, stress, cari perhatian, atau perusak kredibilitas diri sebagai dewan yang terhormat. Pertanyaannya, mampukah mereka di eksekutif melakukan hal yang sama atau membuat sejarah baru yang lain untuk kepentingan rakyat? Kita bersama menunggu jawaban atas pertanyaan ini.

Berhubungan dengan peran intelektual dilapangan saya setuju dengan apa yang dikatakan Edward W. Said dalam bukunya yang berjudul “Peran Intelektual” bahwa, peran seorang intelektual adalah mengatakan sesuatu yang dianggap benar enta itu sesuai atau tidak dengan penguasa. Seorang intelektual sebaiknya menjadi oposisi ketimbang akomodasi. Karena dosa paling besar seorang inteletual adalah apabila ia tahu apa yang seharusnya dikatakan tetapi ia menghindar (membisu). Lanjutnya, tidak ada “dewa” yang harus senantiasa dipuja dan diminta petunjuk. Kalau salah harus dibilang salah. Siapa pun dia. Artinya, siapa pun di dunia ini entah dari kalangan apapun pantas untuk dikritik dan dicela, jika salah.

Kaum intelektual Papua dalam siatuasi Papua seperti sekarang ini, ada baiknya jika kita mengikuti nasehat-nasehat dari tuan Said diatas. Saya pikir kita tidak usah lagi melawan nurani kita. Kita harus buka belenggu kemunafikan kita dan menetapkan posisi kita dengan tegas. Kita harus tunjukan bahwa kita punya kebebasan untuk berpendapat dan berkreasi. Walaupun mungkin atasan kita atau mereka yang berseberangan ideologi dengan kita tidak setuju. Kita harus tunjukan bahwa kita benar-benar datang dari rakyat dan mau hidup dan berkarya bagi mereka.

Penguasa atau pemimpin kita itu adalah wakil Tuhan. Tapi mereka bukan Tuhan yang aturanNya “ya dan amin” sehingga harus selalu di patuhi. Pada waktu tertentu oleh ego dan kepentingan, mereka dapat melakukan sesuatu yang merugikan orang banyak. Saat itulah kaum intelektual tampil untuk memberikan koreksi, bukan mendukung ego dan kepentingan mereka itu.

Mari kita banyak belajar dari tokoh-tokoh seperti; Musa, Yusuf, Daniel, Yeremia, Habakuk, Kristus, Mahatma Gandi, Marthen Luther King Jr, Edward Said, Dom Helder Camara, Desmond Mpilo Tutu, George Aditjondro, Pdt. Benny Giay, dan Dumma Socrates Sofyan Yoman, dll. Membaca kisah hidup dan karya-karya mereka sungguh memberikan ispirasi dan semangat untuk terus eksis berkarya memperjuangkan hak-hak rakyat kecil. Walau jarang turun kelapangan, namun apa yang saya punya bisa saya transfer ke kawan-kawan senasib seperjuangan di kelas.

Senin, 16 Mei 2011

Kronologis Pembunuhan Terhadap Derek Adii Oleh Anggota TNI Kodim 753 Nabire

Kronologis Pembunuhan oleh Anggota TNI Kodim 753 Nabire terhadap Derek Adii (26 th) Sabtu, 14 Mei 2011.


Pada saat Kapal Penumpang masuk di setiap pelabuhan di Papua selalu terjadi insiden yang di lakukan oleh Aparat TNI/POLRI terhadap Masyarakat Papua, untuk membenarkan tindakan TNI/POLRI selalu mengatakan orang yang pendapat kekerasan dari Aparat TNI/POLRI karena mabuk atau karena melawan dengan aparat. Pada hal Masyarakat selalu tegur tindakan TNI/POLRI yang berlebihan, teguran masyarakat Papua ini ada kewajaran karena untuk perbaikan tindakan Aparat tersebut.
Seperti yang terjadi pada tanggal 14 Mei 2011 Jam 9. 00 WP di Pelabuhan Samabusa Nabire, pada saat naik ke Kapal penumpang berdempet-dempet lalu di tengah-tengah tangga itu aparat Kodim 753 berdiri lalu tambah sempit sehingga ada anak-anak kecil menangis karena terjepit antara orang dan ada yang jatuh di tangga sehingga DEREK ADII melihat tindakan TNI kodim 753 itu, DEREK ADII memberitahukan kepada anggota TNI Kodim 753 Nabire yang mengatur penumpang naik ke Kapal , kamu atur baik-baik ini kami bukan binatang kami ini manusia, dan kamu jangan mempersempit tangga/jalan kasih kesempatan masyarakat naik dulu.

Apa yang di sampaikan oleh Derek Adii itu tidak di terima baik oleh anggota TNI Kodim 753 Nabire yang bertugas malam itu mengatakan bukan kamu yang mengatur kami, tetapi kami yang mengatur kamu langsung anggota TNI yang ada di tangga itu keroyok lalu menganiaya DEREK ADII saat itu juga SERKA HANS ARU ( Tetangga di Manokwari) cabut sangkur langsung tikam di alis mata DEREK ADII luka Sobek sampai di telingga kanan, saat mengeroyok Derek ada anggota TNI yang lain mengejar masyarakat di Dermaga dan di atas kapal sesaat itu Aparat TNI buang jazatnya dibuang di celah antara Kapal dengan darmaga.
Masyarakat Biak hubungan darah mama dan Masyarakat Mee hubungan darah bapak tahan Kapal KM. Labobar sampai pagi Jam 4.00 WP di berangkatka atas kesepakatan pihak pelaku (Kodim 753) dengan keluarga korban. Karena pihak Pelaku (753) mengatakan Kodim 753 siap tanggung jawan petih mayat dan siap membiayai antar mayat sampai di Manokwari sehingga Kapal di ijinkan untuk berangkat.

Keluarga Korban menunggu apakah TIM SAR dan PIHAK KEPOLISIAN akan mencari mayat yang buang di laut darmagar atau tidak. Pihak TIM SAR maupun POLISI tidak ada berita atau kabar untuk mencari mayat yang di buang dilaut. Karena TIM SAR dan Pihak kepolisian tidak bergerak maka Keluarga korban mengambil keputusan masyarakat Papua sendiri mencari, sehingga Pihak Om atau masyarakat Biak yang ada di Samabusa menyelam untuk cari mayat di Darmaga.

Tanggal 15 Mei 2011 Jam 8. 15 wp Mayatnya di temukan 5 meter ke dalaman laut lulus dengan tempat dia dibuang, setelah itu Keluarga korban bersama masyarakat Biak mengevakuasi Mayat Kerumah Mayar RSUD Siriwini Nabire.
Ada luka tikam di alis mata sampai di telinga, Otak kecil hancur, bibir di bawah sobek dan mengeluarkan darah yang segar melalui mulut, hidung dan di luka dialis mata.
Jam 9.00wp Dari Rumah Mayat RSUD Siriwini Nabire Jenazah nya di semayamkan sementara di rumah saudaranya di Siriwini , besok Pagi di terbangkan kemanakwari dengan mengunakan Pesawat Suci air.

Wawancara dengan ibu kandungnya
Di rumah mayat RSUD Siriwini Nabire Keadilan dan Perdamaian ketemu dengan mama kandungnya lalu kami mewawancarai mamanya: Mama Mengapa Derek Adii ini di bunuh oleh TNI Anggota Kodim 753 ? mamanya mengatakan saya datang dari manakwari untuk jual buah-buahan saat datang Derek Jemput , semua jualan saya sudah habis terjual, sehingga saya dan Derek balik ke Manakwari ambil buah-buahan lagi untuk di jual di Nabire.
Pada saat naik kekapal Derek pikul Keranjang-keranjang yang mau isi buah-buah di dampinggi oleh mama adenya naik ke kapal , sampai di tangga-tangga di dia di keroyok oleh TNI anggota Kodim 753 langsung dorang bunuh langsung buang di laut.
Mama anak mau tanya lagi apakah sebelum Derek Adii Naik Kekapal lebih dulu Minum minuman berakhohol ka ? Khususnya Derek Adii tidak tahu minum mabuk , dia punya pekerjaan itu dia selalu bantu saya dan dia ini baru saja di terima sebagai pegawai Negeri i Kabupaten Deiyai Sudah lolos tunggu sk. Dan Kemarin itu dia tidak mabuk sama-sama dengan saya mau ke Manakwari ambil jualan , Jadi Apabila aparat TNI mengatakan Derek Mabuk saat itu tidak benar sebab saya mamanya tahu keadaan Derek saat itu . Derek tidak tahu mabuk ini di benarkan oleh Bapak mantunya bahwa anak ini sopan terhadap orang tua dan anak yang selalu menghargai kami orang tua bahwa dia ini orang yang tidak tahu minum mabuk .
Mama jazatnya akan di makamkan di mana ? Mayat ini saya harus di bawah pulang ke Manakwari untuk di makamkan
Mama Siapa yang akan membiayai bawah mayat ke Manakwari ? Petih mayat dan Biaya pesawat ke Manakwari Tentara yang harus bertanggung jawab sebab dorang yang bunuh . Dan hal itu kami sepakati bersama di darmaga tadi malam , kapal bisa berangkatkan dengan Jaminan Petih Mayat dan biaya Kirim mayat ke Manakwari Pihak Pelaku ( Kodim 753 tanggung jawab ).
Indentitas Korban

Nama : Derek Adii
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Mee
Status : Sudah kawin ( belum punya anak )
Pekerjaan : Calon PNS
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Manakwari

Para Pelaku
Yang mengadakan Pengeroyokan Kekerasan adalah 6 orang Anggota TNI Kodim 753 Nabire yang di, Sedang yang membunuh Mati Derek Adii dengan mengunakan sanggur adalah SERKA HANS ARU anggota Kodim 753 Nabire.
Saksi-saksi Mamanya sendiri, Mama adenya, mama tuanya, dan Seluruh masyarakat yang naik kapal saat itu dapat melihat.

Keluarga korban siap untuk mengadakan penyeranggan di rumah.
Dibunuh dan di buang ke dalam laut
Setiap orang yang punya pengalaman bunuh binatang seperti ular dan binatang lainnya itu, langsung kita bunuh kita buang ke kali atau di danau untuk menghilangkan bau keluar lalu mempengaruhi orang lain. Sama seperti yang di lakukan oleh TNI Kodim 753 di pelabuhan sama busa . Derek Adii seperti binatang langsung di bunuh di buang kedalam laut berarti TNI anggota Kodim 753 tidak menghargai harkat dan martabat orang lain.
Demikian Laporan Pembunuhan Derek Adii di pelabuhan samabusa di nabire, atas perhatian di ucapkan terima kasih

Nabire, 15 Mei 2011
Pelapor
Yones Douw
(Kordinator Keadilan dan Perdamaian wilayah teluk cenderwasih dan kepala burung)

Rabu, 11 Mei 2011

MENJADI GEREJA YANG MENABUR BENIH ( Mazmur 126:6) PEMULIHAN DAN KEUTUHAN DENGAN MELAKSANAKAN PENGINJILAN BARU/ PENGINJILANN JILID DUA

(Kata Sambutan Ketua Sinode Kingmi Pada 9 Mei 2011, Pada Acara Pembukaan Raker Sinode di Kampus STT Walter Post Jayapura)

Saudara-saudari, kordinator, Badan Pengurus Klasis dan para hamba Tuhan dan umat Tuhan di lingkungan Sinode Kingmi yang kami kasihi dalam Tuhan,

Pertama-tama, ijinkan saya sebagai Ketua Sinode Kingmi di Tanah Papua menyampaikan Selamat datang dan selamat merayakan HUT Kingmi yang ke 49 tahun yang baru saja kita rayakan. Kita menyukuri kebaikan dan kasih kesetiaan Tuhan atas bimbingan dan penyertaannya dalam 49 tahun Gereja Kingmi berkarya di Tanah ini. Kesempatan yang berbahagia ini, kita ingin gunakan untuk menyampaikan terima kasih kita kepada para pelayan baik hamba Tuhan dan awam yang telah mendedikasikan hidupnya selama 49 tahun ini, bagi penyebaran injil dan penguatan umat melalui Gereja Kingmi di Tanah Papua. Kita pada saat yang sama mengakui kelalaian dan kegagalan kita (baik secara sadar maupun tidak) baik secara pribadi maupun secara lembaga Gereja dalam memenuhi tugasnya di tanah ini.
Ijinkan saya menggunakan kesempatan ini menyampaikan kesepakatan kami Badan Pengurus bersama Penasehat rencana kita tahun (2012) kita merayakan 50 tahun Gereja Kingmi berkarya di tanah Papua. Untuk itu, dalam Raker ini kita akan membentuk Panitia Yubelium; agar melalui wadah ini kita sebagai Lembaga Gereja akan merenungkan secara kritis apa yang telah kita jalani, selama 50 tahun supaya kita bisa melihat ke depan dan merumuskan apa yang kita lakukan untuk mewujudkan impian Tuhan di Tanah ini.

Kedua, pada hari ini ketika kita mengadakan Raker Sinode di Pos ini dan ketika kita berencana menyelenggarakan 50 tahun Gereja Kingmi berkarya di Tanah Papua, Gereja Kingmi di Tanah Papua, secara masyarakat kita sedang menghadapi perubahan dan kejadian yang besar yang akan berdampak besar ke depan. Kita sebutkan beberapa perkembangan dan perubahan yang akan berdampak besar terhadap kita dan generasi kita masa depan. (a) Pemekaran Provinsi dan Kabupaten yang membuka pintu selebar-lebarnya bagi masuknya agama-agama, aliran dan budaya baru dan kepentingan baru ke tengah-tengah kampung dan masyarakat dan jemaat kita dalam jumlah yang tidak kita bayangkan; (b) Masuknya pendatang dan pelaku-pelaku ekonomi secara berlebihan lewat pesawat setiap hari dan lewat kapal mewah yang masuk setiap minggu, (c) Selain itu kita juga sebagai masyarakat dan umat terus menjadi korban kekerasan Negara. Kekerasan Negara di Puncak Jaya, Wamena, Paniai dll bukanlah hal baru di masyarakat. Dan (d) Otonomi Khusus yang gagal (d1) memberi perlindungan, (d2) menunjukkan keberpihakan dan (d3) gagal memberi penguatan kepada Orang Asli Papua sehingga telah dikembalikan oleh masyarakat. (e) sejak awal April 2011 lalu kami berhadapan dengan ribuan anak Papua yang diangkut ke Pesantren di Jawa. Sebagian anak-anak ini yang tidak tahan ditaruh/ disekap dalam Pesantren melarikan diri karena tidak tahan mengalami kekerasan. Tetapi ribuan sedang ada di pesantren. Apa yang akan mereka lakukan pada saat mereka kembali ke Papua 10 – 15 tahun dari sekarang? Mereka akan menaikkan bendera apa?
Semua ini kita memandangnya dalam terang Firman Tuhan sebagai “tanda-tanda jaman“ yang disebutkan oleh Tuhan Gembala kita dalam ((Matius 16:3)

Ketiga, pertanyaannnya: bagaimana kita menghadapi tanda-tanda jaman ini? Bagaimana kita harus hidup supaya “roh kita tidak padam”? atau dipadamkan? Sinode Kingmi telah mencanangkan Penginjilan Jilid Dua atau Penginjilan baru. Demikian juga tema Perayaan HUT kita tahun ini adalah dalam rangka menghadapi tanda-tanda jaman tadi. PI Jilid satu dimulai Januari 1938 sampai tahun September 2010. Selama 70 tahun kita sebagai Gereja dan umat hari ini melihat hasil: Gereja Kingmi yang besar ini adalah hasil dari Penginjilan Jilid Satu. Tetapi secara mutu atau isi dan kualitas kita tidak berdaya. Dengan Penginjilan Baru atau Penginjilan Jilid dua yang kita canangkan sejak September 2010 – 2080 kita bertekad dan komit untuk membangun Gereja yang berkualitas. Gereja yang tangguh, yang ke depan, bisa menjadi Gereja penentu arah dan menghadapi tanda-tanda jaman tadi.

Keempat, sebagai manusia bertanya: kalau demikian, Apa yang kita lakukan hari ini dan selanjutnya, supaya impian dan harapan untuk menjadi “Gereja yang diperhitungkan” bisa terwujud? Apa yang perlu kita bahas dan gumuli dalam Raker Sinode seperti ini: supaya “harapan menjadi Gereja penentu atau Gereja yang diperhitungkan” itu bisa terwujud. Apa yang kita lakukan hari ini dan tahun-tahun depan supaya ke depan kita bisa menjadi Gereja yang berkualitas? Di mana kita bisa mendapat petunjuk menghadapi tanda-tanda jaman ini?
(a) Perhatikan dan camkan kata-kata Firman Tuhan berikut: kamu bangsa (orang asli) Papua berharga di mata Tuhan. “Oleh karena engkau berharga di mataKu” (Yesaya 43:4). Mulai hari ini hiduplah sebagai orang yang berharga dan bermartabat.
(b) Peliharalah “cahaya dan terang” yang ditaruh Tuhan dalam hati batin dan kehidupanmu. Peliharalah cahaya dan terang yang telah Tuhan taruh dalam hati batin dan kehidupanmu dan kehidupan istri, anak dan tetanggamu. Simak Firman Tuhan: “Sekarang kamu adalah terang”, hiduplah sebagai anak-anak terang”.(Epesus 5:8-9 )
(c) Jadilah kuat melawan kuat kuasa yang mematikan, dan memadamkan terang tadi (butir b) di atas. Epesus 6: 10 – 12) “hendaklah kamu kuat, dalam kekuatan kuasaNya” melawan segala tipu dan program dan kebijakan yang bertujuan matikan “cahaya yang Tuhan berikan kepada semua insan manusia”.
(d) Dengan “mata tertuju kepada Kristus” (Iberani 12:2) belajarlah dari semut “hai warga dan pengerja Gereja Kingmi yang pemalas (Amsal 6:8-11). Bagaimana menghadapi tanda-tanda jaman tadi? Dengan mata tertuju kepada Kristus belajarlah dari semut: bekerja keras memenuhi kebutuhan makan dan minum, kebutuhan akan rumah yang layak huni, kebutuhan akan gizi, kebutuhan akan pendidikan. Belajarlah menjadi mandiri dalam ekonomi rumah tangga, Mulai hari ini tanggal 9 Mei 2011 marilah camkan Firman TUhan berikut: Yeremia 29:5, 7. Dirikanlah rumah untuk kamu diami dan buatlah kebun kamu nikmatui hasilnya… Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu pergi, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan sebab kesejahteraanya adala kesejahteraanmu”.
(e) Menyembah Tuhan yang tidak pandang bulu dan membela hak anak yatim piyatu dan janda dan menunjukkan kasihNya (Ulangan 10:17, 18) dan membela nasib orang yang tertindas dan miskin (Mazmur 140:13)

Umat Tuhan yang kami kasihi, inilah sari dari apa yang kita sebut Penginjilan Baru, Penginjilan Jilid 2, yang kita mau kerjakan bersama ke depan. Semangat penginjilan Baru dan Penginjilan Jilid 2 terdapat renungan (a sampai d) di atas. Apabila pikiran, catatan dan renungan ini diterima, direnungkan dan dipraktekkan dan dibicarakan, kita, tanpa di sadari telah mengambil bagian dalam melaksanakan program PI Jilid dua atau PI Baru dan sekaligus , kita mulai menjadi Gereja yang menabur benih.
Ketika kita mulai mengambil langkah ini, kita sudah mulai menjadi Gereja yang mengambil kendali dan menjadi Gereja penentu masa depan apabila kita menjadikan Raker Sinode ini sebagai momentum untuk membarui tekad dan janji kita dan melaksanakan Penginjilan Jilid dua dan menjadi “pelaku dari Firman”: Gereja penabur benih (Mazmur 126:5.6).

Selamat Melaksanakan Raker Sinode .

Jayapura, 9 Mei 2011

Ketua Sinode Kingmi di Tanah Papua



Pdt. Benny Giay

Rabu, 04 Mei 2011

STATEMENT POLITIK RAKYAT PAPUA TANGGAL 1 MEI 2011

Pada hari ini tanggal 1 mei 2011 kami rakyat bangsa Papua Barat yang dimediasi oleh Komite Nasional Papua Barat menyatakan sikap kami bahwa:
1. Kami Rakyat Pribumi Papua Barat tidak pernah dan tidak akan pernah menerima Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk menduduki wilayah kami Papua Barat.
2. Proses memasukkan wilayah kami Papua Barat kedalam penguasa negara republik indonesia (NKRI) mulai dari tahun 1963 hingga tahun 1969 atas kerja sama indonesia, amerika serikat, belanda dan PBB adalah suatu rakayasa yang penuh dengan pelanggaran terhadap standar-standar dan prinsip hukum internasional. Karena kami selaku pemilik wilayah Papua barat tidak pernah dilibatkan dalam pertemuan dan perjanjian-perjanjian internasional yang membicarakan status politik wilayah kami Papua Barat.
3. Perjanjian sepihak yang dibuat dalam “New York Agreement” tidak dilaksanakan sepenuhnya oleh PBB, indonesia dan Belanda saat PEPERA tahun 1969 dimana kami rakyat Papua Barat tidak pernah diberi hak Politik untuk memilih berdasarkan prinip “one man one vote” dalam pelaksanaan pepera yang dilakukan oleh 1025 perwakilan yang ditunjuk oleh Indonesia untuk memilih mewakili kami rakyat bangsa Papua Barat. Ini adalah suatu pelanggaran terhadap hak politik kami bangsa Papua barat.
4. Negara kesatuan republik indonesia (NKRI) melalui operasi-operasi tumpasnya telah membunuh sebagian besar penduduk pribumi papua barat sejak DOM (Daerah Operasi Militer) diterapkan di Papua Barat sejak tahun 1963.
5. Negara keastuan republik indonesia telah mengejar, mengintimidasi, meneror, memenjarahkan dan membunuh orang-orang Papua Barat yang berjuang demi hak dan kedaulatan bangsa Papua Barat.
6. Otsus bukan solusi penyelesaian masalah Papua Barat, karena kami rakyat Papua Barat yang ada diatas tanah Papua Barat tidak pernah menyetujui pemberlakukan Otonomi Khusus, program UP4B dan segala kebijakan negara republik indonesia di Papua Barat
7. Barang siapa yang mendukung Otsus dan segala kebijakan negara RI di Papua Barat, mereka adalag bagian dari penjajah yang sedang berkompromi bersama indonesia untuk meniadakan hak politik kami rakyat pribumi papua, karena masalah utama kami rakyat pribumi papua adalah hak penentuan nasib sendiri yang telah diinjak-injak dan dihilangkan melalui pelaksanaan pepera tahun 1969.
8. Maka, kami tidak mengakui keberadaan pemerintah republik indonesia serta seluruh lembaga-lembaga negara Indonesia yang ada diatas tanah air Papua Barat.

Oleh karena itu, berdasarkan pernyataan kami diatas, kami rakyat pribumi papua barat menuntut kepada indonesia agar:
1. Menghentikan semua manuver politik yang sedang dibentuk melalui otonomi khusus, pemekaran, pilkada, pembentukan MRP, dan program UP4B diatas tanah kami Papua Barat.
2. Indonesia dan papua barat sebagai subyek hukum internasional agar segera mengembalikan status politik Papua barat ke meja hukum internasional untuk membuktikan secara jujur dan bijaksana tentang keabsaan indonesia dalam wilayah kami Papua barat demi kemanusiaan keadialan bangsa Papua Barat.
3. Segera mengambil kemauan politik untuk menggelar referendum secara demokratis di Papua Barat dibawah pengawasan PBB demi mencapai solusi final atas konflik Politik di Papua Barat

Bersama dengan ini juga, demi penyelesaian masalah Papua Barat melalui proses Hukum dan Politik,maka kami bangsa Papua Barat dengan resmi menyerahkan mendat penuh kepada:
1. Ms. Melinda Janki selaku ketua International Lawyers for west papua (ILWP), Ms. Charles Forster serta seluruh anggota ILWP untuk mendorong proses penyelesaian masalah Papua barat melalui jalur Hukum Internasional.
2. Mrs. Andrew Smith, MP, selaku ketua Internasional Parliamentarians for West Papua (IPWP), Ms. Caroline Lucas MP serta seluruh anggota IPWP untuk mendorong proses politik di tingakt internasional bersama solidaritas pendukung papua merdeka.
3. Kepada pemerintah republik vanuatu selaku anggota resmi PBB agar membawa status hukum Papua Barat ke International Court of Justice (ICJ) atau pengadilan internasional.

Demi persatuan perjuangan Bangsa Papua Barat, maka kami juga menyeruhkan kepada seluruh komponen bersama organisasi-organisasi perjuangan Papua Barat agar:
1. Hentikan pertikaian internal orang papua dan antara organisasi perjuangan, serta segala keputusan-keputusan organisasi yang sepihak dan tidak melambangkan nilai dan keputusan representatif orang Papua dan perjuangannya.
2. Segera bersatu dalam konsolidasi nasional untuk mendorong terbentuknya dewan nasional Papua barat sebagai badan representatif perjuangan Papua barat.


Demikian pernyataan ini dibuat berdasarkan kehendak murni rakyat bangsa Papua Barat

Salam Satu Hati Satu Jiwa: One People One Soul
Kita harus mengakhiri

Port Numbay 2 Mei 2011

Departemen Keadilan dan Perdamaian

Senin, 02 Mei 2011

REFERENDUM IS THE BEST


Demikian yel-yel yang disuarakan massa rakyat Papua saat melakukan demontrasi tadi siang di Abepura. Dalam aksi yang di motori Komite Nasional Papua Barat (KNPB) ini, massa meminta supaya segera adakan referendum bagi Papua sebab peristiwa PEPERA 1969 adalah rekayasa politik Indonesia untuk mencaplok tanah Papua ke dalam NKRI. Tuntutan referendum ini merupakan salah satu poin dari sebelas rekomendasi yang dihasilkan rakyat Papua bersama MRP dalam Musyawarah Besar (MUBES) pada 9-10 Juni 2010 lalu. Mereka juga menyampaikan bahwa kami tidak membenci saudara-saudara kami yang berkulit putih dan berambut lurus.....yang kami benci dan tolak adalah pikiran-pikiran picik bangsa NKRI terutama para penguasa, pegusaha bermodal, TNI/POLRI yang selalu melihat orang Papua sebagai “yang lain” di atas tanahnya sendiri. Dengan melihat orang Papua sebagai “yang lain” mereka (NKRI) selalu merancangkan hal-hal yang jahat bagi orang Papua yang ujungnya hanya untuk menghabiskan etnis Melanaesia yang hitam dan keriting dari tanah leluhur mereka. Itu yang menjadi musuh utama bagi rakyat Papua.

Aksi yang menghadirkan ribuan massa ini dipusatkan di Lingkaran Abepura. Massa aksi datang dari berbagai penjuru kota Jayapura. Massa dari Sentani tiba di Expo Waena menggunakan kendaraan roda dua dan 15 buah truk. Dari Expo bersama ratusan massa yang menunggu lalu melakukan long march menuju kota Abepura sambil meneriakkan yel-yel Papua Merdeka. Awalnya, aksi hendak dilakukan di DPRP namun masa dihadang oleh blokade aparat sehingga mereka memilih duduk dilingkaran Abepura untuk melakukan orasi-orasi. Akibatnya lalu lintas macet total.

Mako Tabuni dalam orasinya mengatakan bahwa aksi kali ini bukan aksi biasa. Sebab aksi ini akan membuka pintu menuju proses penyelesaian masalah Papua Barat di tingkat Internasional. Ia juga menambahkan bahwa aksi ini guna memberikan kekuatan hukum kepada ke 62 pengacara internasional yang akan mewakili orang Papua menggugat PEPERA di Mahkama Internasional tahun ini. Sementara itu Benyamin Gurik dari BEM uncen dalam orasinya mengatakan bahwa kita harus mengakhiri semua penderitaan ini supaya generasi baru nanti dalam Papua Baru mereka menikmati keadilan dan kedamaian di negerinya sendiri. Orasi-orasi lainnya juga pada intinya sama.

Setelah melakukan berbagai orasi dan mementaskan beberapa fragmen yang mengambarkan kekerasan yang dilkukan aparat TNI/POLRI terhadap orang Papua selama ini. Maka massa membubarkan diri dengan aman dan tertib sekitar pukul 16.30 WPB.

Departemen Keadilan & Perdamaian

Jumat, 08 April 2011

Kematian Agus Alue Dinilai Tak Wajar

Ary Wibowo | Tri Wahono | Jumat, 8 April 2011 | 19:32 WIB
 
   ARY WIBOWO Pemimpin Gereja-Gereja Papua saat menggelar konferensi pers mengenai kasus kematian Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Agus Alue Alua, di Wisma PGI, Jakarta, Jumat (8/4/2011)

JAKARTA, KOMPAS.com — Beberapa pemimpin gereja-gereja di Tanah Papua menilai kematian Ketua Majelis Rakyat Papua Agus Alue Alua terjadi secara tidak wajar. Pasalnya, beberapa bulan sebelum meninggal pada Kamis (7/3/2011), Agus Alua menerima teror dari beberapa pihak yang tidak setuju dengan kebijakan otonomi khusus MRP yang pernah dibuatnya pada 2009.
"Kami menilai ada upaya pembunuhan karakter, teror mental dan psikologis yang dimaksudkan untuk menumbangkan otonomi khusus MRP sebagai benteng pertahanan terakhir orang asli Papua," kata Wakil Ketua Sinode GKI Papua Pendeta Elly D. Doerebo saat melakukan konferensi pers di Wisma PGI, Jakarta, Jumat (8/4/2011).
Elly menjelaskan, salah satu otonomi khusus tersebut adalah SK No14 Tahun 2009 yang dikeluarkan oleh Agus Alue Alua. Dalam SK tersebut berisi rekomendasi bahwa bupati/wakil bupati di Papua harus berasal dari orang asli Papua. Namun, rekomendasi tersebut ditolak pemerintah pusat.
"Bapak Agus Alua pernah mendapat teror lewat SMS dan telepon berkali-kali oleh orang tak dikenal. Bahkan, seorang petinggi Barisan Merah Putih (BMP) yang berambisi menjadi pimpinan MRP berkali-kali datang kepada Bapak Agus Alue Alua dan wakilnya, Ibu Hana S Hikayobi, agar segera membuat pernyataan tidak akan mengkritisi terhadap kebijakan pemerintah," jelas Elly.
Untuk itu, kata Elly, pihaknya menginginkan agar beberapa pihak yang diduga terkait dalam kematian Agus dapat bertanggung jawab. "Kami ingin bagi mereka yang bertindak sebagai aktor lapangan baik sebagai individu atau maupun atas nama lembaga datang melayat dan menyatakan pengakuan di hadapan jenazah," kata Elly.
Sementara itu, menurut Ketua Sinode Gereja KINGMI Papua Benny Giay, kematian Agus Alue Alua disinyalir sebagai upaya untuk menutup akses kebebasan masyarakat asli di tanah Papua. "Jadi mungkin, ini negara takut, kalau beliau terpilih lagi, akan menjadi ancaman bagi pemerintah," ujar Benny.
Sebelumnya, Agus Alue Alua meninggal dunia di RS Dian Harapan Waena, Kota Jayapura, Papua, dalam usia 48 tahun. Ia adalah Ketua MRP periode pertama yang terpilih melalui jalur Perwakilan Agama Katolik Keuskupan Jayapura. Agus merupakan seorang pemimpin yang memiliki konsep keberpihakan kepada masyarakat asli Papua. Keberpihakan itu kerap membuat Agus Alue Alua berada pada tekanan pemerintah pusat dan warga. Sebabnya, MRP yang mengemban tugas untuk membela kaum orang asli Papua tidak diberi kewenangan yang strategis.

sumber :http://nasional.kompas.com/read/2011/04/08/19322075/Kematian.Agus.Alue.Dinilai.Tak.Wajar 

Rabu, 06 April 2011

SAMBUTAN KETUA SINODE KINGMI PAPUA DALAM RANGKA HUT GEREJA KINGMI KE-49 TANGGAL 6 APRIL 2011


MENJADI GEREJA YANG MENABUR BENIH (MAZMUR 126:6) KEBAIKAN DAN KEMAJUAN DALAM KERANGKA PENGINJILAN BARU. PENGINJILAN JILID 2
(Kata Sambutan Ketua Sinode Kingmi  Pada  HUT Gereja KINGMI Papua yang ke-49, 6 April  2011)

Saudara-saudari, umat Tuhan di lingkungan Sinode KINGMI yang kami kasihi dalam Tuhan,

Pertama-tama, ijinkan saya sebagai Ketua Sinode KINGMI Papua menyampaikan selamat merayakan HUT KINGMI yang ke-49 tahun. Kita menyukuri kebaikan dan kasih kesetiaan Tuhan atas bimbingan dan penyertaanNya dalam 49 tahun Gereja KINGMI berkarya di Tanah ini.  Kesempatan yang berbahagia ini, kita ingin gunakan untuk menyampaikan terima kasih kita kepada para pelayan baik hamba Tuhan dan awam yang telah mendedikasikan hidupnya selama 49 tahun ini, bagi penyebaran injil dan penguatan umat melalui Gereja Kingmi di Tanah Papua. Kita pada saat yang sama mengakui kelalaian dan kegagalan kita (baik secara sadar maupun tidak) baik pribadi maupun secara lembaga Gereja dalam memenuhi tugasnya di Tanah ini. Kita berharap setahun lagi (2012) kita akan merayakan 50 tahun Gereja Kingmi berkarya di Tanah Papua. Untuk itu doakan rencana kita yang dalam waktu dekat akan membentuk panitia Yubelium; untuk bersama secara Gereja kita merenung apa yang telah kita jalani, selama 50 tahun supaya kita bisa melihat kedepan dan merumuskan apa yang kita lakukan untuk mewujudkan impian Tuhan di Tanah ini.

Kedua, pada hari ini ketika kita merayakan HUT KINGMI yang ke-49 (dan tahun depan kita merayakan 50 tahun) Gereja KINGMI di Tanah Papua, secara masyarakat kita sedang menghadapi perubahan dan kejadian yang besar, yang akan berdampak besar kedepan. Kita sebutkan beberapa perkembangan dan perubahan yang akan berdampak besar terhadap kita dan generasi kita masa depan. (a) Pemekaran Propinsi dan Kabupaten/Kota yang membuka pintu selebar-lebarnya bagi masuknya agama-agama, aliran dan budaya baru dan kepentingan baru ketengah-tengah kampung dan masyarakat serta jemaat kita dalam jumlah yang tidak kita bayangkan; (b) masuknya pendatang dan pelaku-pelaku ekonomi secara berlebihan lewat pesawat setiap hari dan lewat kapal mewah yang masuk setiap minggu; (c) selain itu kita juga sebagai masyarakat dan umat terus menjadi korban kekerasan negara. Kekerasan negara di Puncakjaya, Wamena, Paniai, dll bukanlah hal baru di masyarakat, dan (d) Otonomi khusus yang gagal (a) Memberi Perlindungan, (b) Menunjukan keberpihakan dan (c) Gagal memberi penguatan kepada Orang Asli Papua sehingga telah dikembalikan oleh masyarakat. Semuanya ini kita memandangnya dalam terang Firman Tuhan sebagai “tanda-tanda jaman” yang disebut oleh Tuhan Gembala kita dalam (Matius 16:3).

Ketiga, Pertanyaannya: Bagaimana kita mengahadapi tanda-tanda jaman ini? Sinode KINGMI telah mencanangkan Penginjilan Jilid 2 atau Penginjilan Baru.  Demikian juga HUT perayaan kita tahun ini adalah dalam rangka menghadapi tanda-tanda jaman tadi. PI Jilid Satu dimulai Januari 1938 sampai September 2010. Selama 72 tahun kita sebagai gereja dan umat hari ini melihat hasil: Gereja KINGMI yang besar ini adalah hasil dari Penginjilan Jilid Satu. Tetapi secara mutu atau isi dan kualitas kita tidak berdaya. Dengan Penginjilan Baru atau Penginjilan Jilid Dua yang kita canangkan sejak September 2010-2080, kita bertekad dan komit untuk membangun gereja yang berkualitas. Gereja yang tangguh, yang ke depan bisa mengahdapi tanda-tanda jaman tadi.  

Keempat, sebagai manusia kiita bertanya: kalau demikian, apa yang kita lakukan hari ini dan selanjutnya, supaya impian dan harapan untuk menjadi “Gereja yang diperhitungkan” bisa terwujud? Apa yang kita lakukan hari ini dan tahun-tahun ke depan supaya: ke depan kita bisa menjadi gereja yang berkualitas?  Di mana kita bisa mendapat petunjuk menghadapi tanda-tanda jaman tadi.
a)      Perhatikan dan camkan kata-kata Firman Tuhan berikut: kamu bangsa (orang asli) Papua berharga di mata Tuhan. “ Oleh karena engkau berharga di mataKu” (Yesaya 43:4). Mulai hari ini hiduplah sebagai orang yang berharga dan bermartabat.
b)     Peliharalah “cahaya dan terang” yang ditaruh Tuhan dalam hati batin dan kehidupanmu dan kehidupan istri, anak dan tetanggamu. Simak Firman Tuhan: “ Sekarang kamu adalah terang”, hiduplah sebagai anak-anak terang” . (Efesus 5:8-9)
c)      Jadilah kuat, dalam melawan kuat kuasa yang mematikan yang hendak memadamkan terang tadi (butir b)  di atas. (Efesus 6:10-12) “Hendaklah kamu kuat, dalam kekuatan kuasanya” melawan segala tipu dan progaram dan kebijakan yang bertujuan mematikan “cahaya yang Tuhan berikan kepada semua insan manusia”.
d)     Dengan “mata tertuju kepada Kristus” (Ibrani 12:2) belajarlah dari semut “hai warga dan pengerja Gereja KINGMI yang pemalas (Amsal 6:8-11). Bagaimana mengahadapi tanda-tanda jaman tadi? Dengan mata tertuju kepada Kristus belajarlah dari semut: Bekerja keras memenuhi kebutuhan makan dan minum, kebutuhan akan rumah yang layak huni, kebutuhan akan gizi, kebutuhan akan pendidikan. Belajarlah menjadi mandiri dalam ekonomi rumah tangga, mulai hari ini tanggal 6 April marilah camkan Firman Tuhan berikut: Yeremia 29:5, 7. Dirikanlah rumah untuk kamu diami dan buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya.......Usahakan kesejahteraan kota kemana kamu pergi, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”.

Umat Tuhan yang kami kasihi, inilah sari dari apa yang kita sebut Penginjillan Baru, Penginjilan Jilid 2, yang kita mau kerjakan bersama ke depan. Semangat Penginjilan Baru dan Penjilan Jilid terdapat renungan (a sampai d) di atas. Apabila pikiran, catatan dan renungan ini diterima, direnungkan dan dipraktekkan lalu dibicarakan, kita tanpa di sadari telah mengambil bagian dalam melaksanakan program PI Jilid 2 atau PI Baru dan sekaligus kita mulai menjadi Gerea yang menabur benih.
Ketika kita mulai mengambil langkah ini, kita sudah mulai menjadi gereja yang mengambil kendali dan gereja penentu masa depan apabila kita menjadikan hari HUT yang ke-49 ini sebagai momentum untuk membarui tekad dan janji kita dan melaksankan Penginjilan Jilid 2 dan menjadi ‘ Pelaku Firman” Gereja Penabur Benih (Mazmur 126:5-6)

Selamat Merayakan HUT KINGMI yang ke-49

Jayapura, 6 April 2011


Ketua Sinode Kingmi di Tanah Papua



Pdt. Benny Giay